Sore itu suasana pemukiman di Jalan Prapatan, Senen, Jakarta Pusat, terlihat riuh. Ditempat itu, sekitar 400 pedagang kopi keliling tinggal bersama. Deretan sepeda yang dihiasi juntaian bungkus kopi sachet di bagian depan kemudi terlihat berjejer. Bunyi dering sepeda sesekali terdengar manakala ada sepeda yang melintas.

 

Pedagang kopi keliling kerap ditemui di jalan-jalan ibu kota. Mereka biasanya berkeliling mencari pelanggan di kawasan perkantoran, halte, tempat wisata, bahkan lokasi unjuk rasa. Kebanyakan dari masyarakat menjuluki pedagang kopi ini dengan julukan starling, yakni pelesetan singkatan dari starbucks keliling.

 

Pedagang kopi starling sudah ada sejak tahun 1999. Mereka merupakan komunitas masyarakat Madura yang memilih menggilas jalanan ibu kota dengan berjualan kopi keliling. Mayoritas dari mereka menetap bersama di kawasan Senen, Tanah Abang, dan Glodok.

Salah seorang pedagang kopi starling, Rodai (53) bercerita, ia memutuskan merantau ke Jakarta sejak tahun 2008 lalu dan menggeluti profesi tersebut. Selama 15 tahun di Jakarta, dirinya sudah merasakan pahit manisnya ibu kota.

 

"Dulu waktu harga se-gelas kopi masi Rp 2000, buat dapet 500 ribu per hari tuh mudah, karena belum banyak pedagang juga, paling hambatannya kalo dulu banyak preman, sama sering di razia Satpol PP," kata Rodai saat berbincang dengan Republika pekan lalu.

 

Selain Rodai, anaknya Hanafi (22) juga memutuskan untuk mengikuti jejak ayahnya menjadi penjaja kopi keliling pada awal tahun 2017 silam. Ia memilih membantu ekonomi keluarga setelah menyelesaikan jenjang SMA. Keputusannya berbuah manis, dalam sehari, ia mampu mendapatkan pendapatan kotor Rp 400 ribu hingga Rp 700 ribu.

Pedagang kopi starling sudah ada sejak tahun 1999. Mereka merupakan komunitas masyarakat Madura yang memilih menggilas jalanan ibu kota dengan berjualan kopi keliling.

"Kemarin saya sempet dirazia petugas mas, termos saya dibawa ke kantornya, jadi saya selama 3 hari ga dapet uang. Padahal saya jualan buat nyari uang" tutur Hanafi saat bercerita tentang pengalamannya.

 

Keberadaan profesi pedagang kopi starling setidaknya mampu merubah nasib banyak orang. Dari pekerjaan itu, roda ekonomi berputar.

 

Namun sayangnya, kehadiran mereka kerap dinilai mengganggu ketertiban umum, sehingga mereka harus kucing-kucingan dengan petugas keamanan.

 

“Padahal saya cari nafkah yang halal, tidak mengganggu orang lain, dan sampah dari kopi sachet-pun kita sediakan tempat sampahnya di masing-masing sepeda” ujar salah satu pedagang starling.

Foto dan Teks

Thoudy Badai

 

Editor

Edwin Dwi Putranto

 

Desain

Baskoro Adhy

top

Roda Kehidupan Para Penjaja Kopi Keliling